PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN
KUANTITATIF
HUBUNGAN ANTARA EMOSI DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
OLEH
SILVANA
MUFIDA
13610010
PRODI
PSIKOLOGI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS
GAJAYANA MALANG
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kewajiban
seorang siswa yang utama tentunya adalah belajar, kegiatan belajar harus
dilakukan secara terus menerus agar siswa tersebut bisa menjadi siswa yang
berprestasi. Termasuk pula dengan keponakan saya yang berusia 9 tahun, dan masih duduk di kelas
tiga sekolah dasar, ia belajar hampir setiap hari. Ketika ibunya menyuruhnya
belajar tetapi saat itu ia sedang sedih atau marah karena sesuatu ia hanya
belajar sekitar 15 menit saja, dan ia hanya membolak-balik bukunya tanpa
membaca atau mengerjakan soal dengan serius. Tetapi berbeda saat ia sedang
merasa senang di hari itu, ia akan belajar dengan sendirinya tanpa perintah
dari orang tuanya, dan ia bisa belajar selama lebih dari 1 jam. Ia juga bisa
mengerjakan banyak soal dan membaca beberapa buku jika hatinya sedang merasa
senang.
Banyak siswa
yang memilki prestasi yang memuaskan karena adanya faktor yang mendorong
seorang siswa ini berprestasi. Manusia akan berbuat sesuatu jika ada faktor
pendorong yang menunjang manusia ini untuk melakukan hal tersebut. Keadaan di
dalam diri individu sendiri akan mempengaruhi proses belajarnya. Meskipun
faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam kesuksesan seseorang dalam
proses belajar, faktor internal individu pun juga memiliki peranan yang sama
besarnya dengan peranan lingkungannya.
Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati secara
langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan. Beberapa tokoh juga mendefinisikan belajar, diantaranya
adalah Hilgard dan Bower, dalam buku
Theories of Learning (1975) mengemukakan.
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseoramg terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (misalnya, kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). Sementara pendapat dari Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan.
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan
oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar itu banyak sekali macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu
persatu. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasfikasikan
sebagai berikut:
a.
Faktor yang berasal dari luar diri
individu (eksternal).
-
Faktor-faktor non-sosial, contohnya:
Keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, atau malam), tempat,
alat-alat untuk belajar (alat tulis, buku, dll)
-
Faktor-faktor sosial: adalah faktor
manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu
dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir, contohnya: kehadiran orang lain
yang tiba-tiba datang saat sedang belajar, banyak orang yang berbicara dengan
keras saat belajar, beberapa orang hilir mudik didepan kita saat belajar, suara
lagu yang kemudian terdengar saat kita belajar.
b. Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu (internal)
-
Faktor-faktor fisiologis, contohnya
tonus jasmani pada umumnya (keadaan jasmani yang melatarbelakangi aktivitas
belajar, contohnya: nutrisi tubuh, penyakit yang diderita), keadaan fungsi-fungsi
fisiologis tertentu (fungsi-fungsi organ tubuh yang berpengaruh dalam belajar,
contoh: mata, telinga, tangan).
-
Faktor-faktor psikologis, yaitu hal-hal
yang mendorong terjadinya proses belajar itu sendiri, contohnya: adanya sifat
ingin tahu dan ingin menyelidiki yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada
pada manusia dan keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mendapat simpati
orang lain, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan, adanya ganjaran atau
hukuman sebagai akhir dari proses belajar.
Keadaan emosi disaat kita belajar
memungkinkan kita bisa atau tidak menjalankan proses belajar tersebut. Sebagian
orang melakukan aktivitasnya jika sedang memiliki emosi yang baik, sehingga
orang tersebut bisa maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Begitu pula dengan siswa,
mereka bisa melakukan aktivitas belajar yang maksimal jika mereka memiliki
emosi yang mendukung mereka untuk belajar, keadaan emosi juga menjadi motivasi
mereka untuk belajar. Karena bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi
berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau
bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Bagaimanakah hubungan antara emosi
dan motivasi siswa ini lah yang menjadi alasan dilaksanakannya penelitian ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara emosi dengan
motivasi belajar siswa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara emosi dengan
motivasi belajar siswa.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan peneliti
dan pembaca bisa memahami bagaimana hubungan antara emosi dengan motivasi
belajar siswa
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
EMOSI
Perbuatan
atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu, seperti perasaan senang. Perasaan senang atau tidak senang yang
terlalui menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif.
Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak
jelas (samar-samar). Dalam warna efektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan
menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan
seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982:59). Di samping perasaan senang atau
tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah, cinta, marah,
takut, cemas dan benci.
Kata emosi berasal dari
bahasa latin, yaitu emovere, yang
berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak.
Biasanya emosi merupakan
reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis. Emosi berkaitan
dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat menjadi
motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku
intensional manusia. (Prawitasari,1995).
1. Macam-macam Emosi
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam
– macam emosi antara lain Descrates, JB Waston dan Daniel Goleman.
1. Menurut Descrates,
emosi terbagi atas :
a. Desire : hasrat
b.
Hate : benci.
c. Sorrow
: sedih / duka
d. Wonder : heran
e. Love : cinta
f. Joy
: kegembiraan
2. Menutur JB Waston,
emosi terbagi menjadi tiga yaitu :
a.
Fear : ketakutan
b. Rage : kemarahan.
c. Love
: cinta
3. Dan menurut Daniel Goleman,
dia mengemukakan bahwa emosi terdiri dari :
a. Amarah
: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, waspada,
tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang,
puas, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu :
malu hati, kesal
Sementara menurut Zulfan Saam, emosi dasar
digolongkan menjadi empat golongan yakni: senang, sedih, takut, marah.
a. Emosi senang adalah gambaran rasa
senang yang dialami seseorang. Emosi senang ini terdiri dari misalnya:
gembira, bahagia, cinta, suka, riang, sayang takjub, kagum, dan damai.
b. Emosi sedih adalah gambaran rasa
tidak senang yang dialami seseorang. Emosi Ini seperti: pilu, duka, lara,
kecewa, hampa, merana, putus asa, galau, gundah, frustasi, dan rindu.
c. Emosi takut adalah gambaran rasa
tidak senang yang dialami seseorang , baik terhadap objek dari luar diri maupun
dari dalam diri orang tersebut. Objek dari luar diri misalnya: takut pada
pencuri, takut pada harimau, dan perampok. Sedang kan rasa takut yang objeknya
dalam diri orang tersebut misalnya: takut tidak lulus, takut berbuat salah, dan
sebagainya.
d. Emosi marah merupakan gambaran
perasaan terhadap sesuatu objek seperti peristiwa, perilaku orang, hubungan
sosial, dan keadaan lingkungan.
B. MOTIVASI BELAJAR
Motivasi berasal
dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi
aktif” (Sardiman,2001: 71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah
“keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003 : 110). Sedangkan Definisi Motivasi
Belajar Siswa – Dalam buku psikologi pendidikan
Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong
untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga
dari luar” (Dalyono, 2005: 55).
Dalam bukunya
Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu
tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang
membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61).
Dengan demikian motivasi dalam proses
pembelajaran
sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan
dan pembelajaran
secara khusus.
1. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Berbicara
tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:
1. Motivasi dilihat dari dasar
pembentukannya
- Motif-motif
bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
- Motif-motif
yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.
2.
Motivasi menurut pembagiaan dari
woodworth dan marquis dalam sardiman:
-
Motif atau kebutuhan organismisalnya,
kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
-
Motif-motif darurat misalnya,
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
-
Motif-motif objektif
3.
Motivasi jasmani dan rohani
-
Motivasi jasmani, seperti, rileks,
insting otomatis, napas dan sebagainya.
-
Motivasi rohani, seperti kemauan atau
minat.
4.
Motivasi intrisik dan ekstrinsik
-
Motivasi instrisik adalah motif-motif
yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
-
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar. (Sardiman, 1996:
90).
Pendapat lain mengemukakan bahwa dua jenis motivasi
yaitu sebagai berikut:
“Motivasi primer”, adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif dasar. Motivasi skunder, adalah yang dipelajari” (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:88).
“Motivasi primer”, adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif dasar. Motivasi skunder, adalah yang dipelajari” (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:88).
Adanya berbagai jenis motivasi di
atas, memberikan suatu gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap
individu. Adapun motivasi yang berkaitan dengan mata pelajaran, misalnya pada
mata pelajaran Bahasa Inggris adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini
membutuhkan ransangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media
visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan
memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain:
a. Cita-cita / aspirasi siswa
b. Kemampuan
siswa
c. Kondisi
siswa dan lingkungan
d. Unsur-unsur
dinamis dalam belajar.
e. Upaya
guru
dalam membelajarkan siswa. (Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 100)
Adapun
penjelasan faktor tersebut adalah:
a.
Cita-cita / aspirasi
Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang
individu. Cita-cita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang
individu, dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu
kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi
oleh perkembangan dan pertumbuhan keperibadian individu yang akan menimbulkan
motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan yang diinginkan.
b.
Kemampuan siswa
Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat
adanya motivasi. kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami
sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin tinggi.
c.
Kondisi siswa dan lingkungan
Kondisis siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila
kondisi stabil dan sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya
akan meningkat. Begitu juga dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan
masyarakat) mendukung, maka motivasi pasti ada dan tidak akan menghilang.
d.
Unsur dinamis dan pengajaran
Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar, tempat dimana seorang individu akan memperoleh
pengalaman.
Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yangt
mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan.
Seorang guru
dituntut untuk profesional dan memiliki keterampilan sehingga bisa meningkatkan
motivasi siswanya.
C. HUBUNGAN ANTARA EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR
Para
ahli yang menekuni bidang psikoanalisa percaya bahwa emosi merupakan
representasi dari ketidaksadaran. Emosi atau afek dalam istilah psikoanalisa
merupakan mekanisme mengontrol semua aspek perilaku manusia. Emosi dipercaya
sangat dekat berhubungan dengan dorongan atau motif. Untuk mencapai rasa aman dan survival,
seseorang dilahirkan dengan kapasitas untuk merasa cemas.Untuk pembiakan,
seseorang dilahirkan dengan kapasitas untuk merasakan hasrat seksual dan kasih
sayang.Untuk menghindari situasi tanpa harapan, seseorang dilahirkan dengan
kapasitas untuk merasa tertekan dan menarik diri. Dengan kata lain, emosi
adalah cara bagaimana kebutuhan seorang manusia di penuhi. Kebutuhan untuk
dilindungi, aman, berkuasa, mengontrol, tertarik, dan otonomi diri dipenuhi
melalui emosi-emosi yang muncul. Misalnya kebutuhan berkuasa memunculkan rasa
sombong dan bangga jika sudah berkuasa. Jika belum berkuasa, mucullah rasa
was-was atau terancam pihak yang berkuasa, yang oleh karenanya mendorong untuk
jadi berkuasa.
Sistem
motivasional manusia dipercaya menunjukkan dirinya melalui emosi. Pada saat
sebuah emosi muncul, itulah tanda bahwa motivasi tertentu menjadi aktif pada
saat itu. Misalnya kita merasa lapar, ketika kita menemukan makanan, muncullah
emosi tertentu yang menunjukkan aksesibilitas terhadap makanan itu. Jika
makanan itu berbau dan berbelatung, mungkin muncul rasa jijik sehingga kita tidak
mau memakannya .Jika makanan itu dimakan, muncullah emosi lega kita mungkin
tidak menyadari dorongan, motif atau motivasi kita dalam suatu saat. Namun
demikian adalah nyata bahwa hal-hal tersebut mempengaruhi emosi kita .
Emosi itu sendiri merupakan motivator utama
manusia dalam menjalani hidup. Manusia selalu berupaya memaksimalkan
emosi-emosi yang menyenangkan dan meminimalkan emosi-emosi yang tidak
menyenangkan. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia dalam rangka itu. Meskipun
tentu saja tidak selalu berhasil. Namun pasti, itulah yang dilakukan semua
orang. Orang bekerja adalah dalam rangka mendapatkan emosi yang lebih
menyenangkan. Orang berharap lebih bahagia jika berhasil melakukannya. Ratusan
bahkan mungkin ribuan kata kata keseharian kita menunjukkan motif kita.seperti
kebutuhan, tujuan, hasrat, keinginan, ambisi, harapan, lapar, haus, cinta
bahkan balas dendam. Sejak jaman kuno, motivasi dikenal sebagai penentu penting emosi yang tercermin pada tingkah laku.
Begitu
halnya dengan belajar, seseorang akan melakukan proses belajar maka akan timbul
emosi terhadap apa yang akan ia pelajari. Jika emosi tersebut adalah emosi yang
menyenangkan maka akan timbul keinginan atau untuk melakukan kegiatan belajar,
tetapi jika emosi tersebut adalah emosi yang tidak menyenangkan, maka keinginan
atau dorongan untuk belajar akan berkurang atau mungkin saja bisa hilang.
D. HIPOTESIS
Dalam penelitian
ini bisa disimpulkan hipotesis penelitian yaitu ada hubungan yang kuat antara
emosi dengan motivasi belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Dari judul
penelitian “Hubungan antara Emosi dengan Motivasi Belajar Siswa”, jenis
variabel penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Variabel
Bebas (x) : emosi
b. Variabel
Terikat (y) : motivasi belajar
B. DEFINISI OPERASIONAL
- Emosi
adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, yaitu suatu keadaan biologis dan
psikologis yang merupakan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
-
Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan (Soeharto dkk, 2003 : 110). Sedangkan
motivasi belajar adalah keadaan di dalam
diri seseorang untuk melakukan proses perubahan tingkah laku baik yang bisa
diamati secara langsung maupun secara tidak langsung.
C.
SUBJEK PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok
subjek yang digunakan dalam suatu penelitian. Untuk penelitian ini akan
mengambil subjek siswa SD di kelurahan Merjosari, Lowokwaru Malang.
2. Sampel
Sampel adalah
sebagian dari populasi yang digunakan dalam penelitian atau objek yang
digunakan sebagai sumber data. Sampel dari penelitian ini adalah siswa SD kelas
III-VI di SDN. Merjosari 1 Malang dengan jumlah sampel adalah 120 siswa, setiap
kelas hanya diambil sampel sebanyak 40 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random
sampling, dengan cara mengambil acak siswa dari kelas III-VI di SDN. Merjosari
1 Malang.
D.
PROSEDUR PENELITIAN
Untuk
prosedur penelitian dalam penelitian yang saya lakukan adalah sebagai berikut:
1.
Menyusun skala psikologi yang memuat 15 item
pertanyaan berdasarkan pembagian jenis-jenis emosi menurut pendapat Guleman
yang dihubungkan dengan motivasi belajar.
2.
Menguji skala psikologi tersebut
terhadap 4 siswa yang terdiri dari siswa SD kelas III-VI. Setelah skala
tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, skala tersebut akan
diujikan pada subjek penelitian.
3.
Melakukan kunjungan terlebih dahulu ke
SDN. Merjosari 1 Malang untuk melihat kondisi subjek yang akan diteliti dan
meminta kerja sama dari pihak sekolah.
4.
Menentukan waktu yang tepat untuk
melakukan penelitian dengan pihak sekolah.
5.
Di waktu pelaksanaan penelitian, skala
psikologi diberikan pada masing-masing kelas, setelah satu kelas itu selesai baru
akan dilanjutkan dengan kelas yang lain.
6.
Untuk pelaksanaan tes, administrasi tes
akan dibantu dua guru untuk mengkondisikan siswa.
7.
Pelaksaanaan tes dimulai dengan
memberikan instruksi pada siswa untuk menyiapkan alat tulis yang digunakan
untuk menjawab pertanyaan yang sudah disediakan.
8.
Sebelum tes berlangsung, siswa akan
diberi tahu sekilas tentang isi skala tersebut.
9. Saat
tes berlangsung, siswa akan dipantau dengan cara berkeliling kelas untuk
melihat kondisi subjek dan menjelaskan kembali jika subjek masih bingung dengan
pelaksanaan tes tersebut.
E. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumber data. Data penelitian ini akan diambil dengan
cara menggunakan skala psikologi kepada subjek penelitian.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik menganalisis data yang sudah
diperoleh menggunakan analisis statistik inferensial. Statistik inferensial ini
adalah cara menganalisis yang datanya berasal dari sampel yang mewakili populasi,
statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari dua
variabel atau lebih. Jenis statistik inferensial yang digunakan adalah uji
hubungan/uji korelasi. Uji hubungan/uji korelasi bertujuan untuk mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel. Uji korelasi yang digunakan adalah milik
Karl Pearson, yang biasa disebut dengan The
Product Moment Coefficient Correlation.
Kuat lemah hubungan antara dua variabel
diukur menggunakan jarak 0 sampai dengan 1. Jika koefisien korelasi ditemukan
+1, maka hubungan tersebut disebut dengan korelasi sempurna atau hubungan
linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif. Sebaliknya, jika koefisien
korelasi ditemukan -1, maka hubungan tersebut disebut dengan korelasi sempurna
atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Jika terdapat
korelasi sempurna tidak perlu lagi menguji signifikansi antar dua variabel,
karena dua variabel diartikan memiliki hubungan yang sangat kuat.
Untuk
memudahkan menginterpretasikan data yang diperoleh, Sarwono memberikan kriteria
sebagai berikut:
1. Koefisien
korelasi 0 =
tidak ada korelasi antara dua variabel.
2. Koefisien
korelasi 0 – 0,25 = korelasi sangat lemah.
3. Koefisien
korelasi 0,25 – 0,5 = korelasi cukup.
4. Koefisien
korelasi 0,5 – 0,75 = korelasi kuat
5. Koefisen
korelasi 0,75 – 0,99 = korelasi sangat
kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Baku, Abu. 2012. Pengertian
dan Macam Emosi. http://abubaku.wordpress.com/2012/10/02/pengertian-dan-macam-emosi/,
diakses pada 22 Mei 2014 13.05
Haryanto.
2009. Pengertian Emosi. ----------- ,
diakses pada 22 Mei 2014 13.20
Rahma, Sasena. 2012. Motivasi, Emosi, dan Motivasi Belajar. http://sasenarahmaupdm.blogspot.com/2012/12/motivasi-dan-emosi-dan-motivasi-belajar.html,
diakses pada 30 Mei 2014 10.10
Sarwono,
Jonathan.----------- Korelasi. http://jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm,
diakses pada 13 Juni 2014 07.15
Taufikudin. 2013. Pengertian Motivasi Siswa Menurut Para Ahli. http://taufikudin.wordpress.com/2013/01/10/pengertian-motivasi-belajar-siswa-menurut-para-ahli-definisi/,
diakses pada 22 Mei 2014 13.30